Overthinking adalah Mekanisme Bertahan Hidup

Overthinking adalah Mekanisme Bertahan Hidup

Overthinking adalah Mekanisme Bertahan Hidup - www.tulisanayas.com

Overthinking, yang dalam bahasa Indonesia artinya berpikir secara berlebihan, adalah suatu aktivitas yang setiap orang pasti alami. Bahkan ada kaum-kaum yang hobi banget untuk ber-overthinking ria. Overthinking-nya pun tidak kenal tempat, tidak kenal waktu. Lagi di sekolah atau kampus, ada jam kosong sedikit, dibuat overthinking. Lagi di kantor, punya waktu senggang dikit, overthinking. Sudah di rumah, suasana sudah damai, tenang, sunyi, eh overthinking lagi. Ada apa sih kawan? Apa sih yang dipikirkan secara berlebihan? Chill, bro! HAHAHA. Padahal si penulis sendiri yang mengalami hal ini. Iya, pasti kamu juga, kan? 


Kalau menurutku, overthinking adalah salah satu mekanisme manusia untuk bertahan hidup. Bagaimana bisa? yuk kita diskusikan bersama.


Kita sudah sama-sama tahu lah ya apa itu overthinking. Overthinking adalah aktivitas memikirkan sesuatu hal secara berlebihan sampai ke akar-akarnya hingga menghabiskan waktu yang lama. Overthinking tuh sudah semacam kegiatan wajib yang dilakukan muda-mudi masa kini. Apapun di-overthinking-in dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. 


Baru bangun, kita overthinking mau ngapain hari ini. Mau sarapan, overthinking apakah harus masak, gopud, atau ngemut promag. Sudah sampai di tempat kerja, overthinking lagi soal apa yang mau dikerjain. Pulang dari kerja, overthinking soal omongan pimpinan. Mau tidur, overthinking lagi soal "Hidup kok gini amat ya?"


Ya kecuali dirimu adalah seorang Homo sapiens yang memang easy going dan tidak ingin untuk memikirkan segalanya berlebihan. Pasti ada aja nih yang baca tulisan ini dalam hati bilang, "nggak Yas, aku bukan tipe yang gampang overthinking, you're wrong!"Okay, yes, I admit it that I'll never be correct all the time, especially for this topic, so what? Lanjut.


Overthinking ini memang menghabiskan waktu banget. Seringkali juga merugikan. Di mana letak merugikannya? Overthinking akan menjadi merugikan ketika kita memikirkan sesuatu yang kurang bermakna dalam hidup. 


Contohnya, berpikir berlebihan soal mau makan apa hari ini. Ada aja tuh orang-orang yang mau makan aja mikirnya sampai berjam-jam. Padahal kalau perut lagi laper ya makanan apapun akan terasa nikmat. 


Contoh lainnya, berpikir berlebihan soal chat yang tidak kunjung dibalas, lebih-lebih chat ke doi. Memang sih itu bikin risau. Dia lagi ngapain ya? sama siapa ya? dimana ya? dia baca gak sih chat-ku ini? Aku bukan prioritasnya ya? aku harus apa ya biar dibalas? apa aku telepon aja? dan segudang pertanyaan lainnya. Guys, trust me, yang namanya chat itu pasti terkirim ke dia, pasti muncul notifikasinya, dan dia juga pasti membaca itu. Kalau belum dibalas-balas juga ya berarti memang dianya aja yang lagi sibuk dan atau malas untuk membalas, mungkin. Jadi gak perlu juga kita sampai spam chat. Sudahlah, tutup itu Whatsapp-mu dan gak usah berharap terlalu dalam untuk dibalas cepat. Apalagi kalau kamu bukan prioritasnya. Nah loh, overthinking lagi gak tuh? HAHAHA.


Poinnya adalah berpikirlah sewajarnya saja untuk permasalahan yang kurang bermakna atau tidak berdampak terlalu besar pada kehidupan kita. Bagaimana cara mengukurnya? gunakan 5 by 5 rule yaitu jika masalah yang sedang kamu hadapi tidak berdampak dalam 5 tahun ke depan, maka jangan memikirkannya lebih dari 5 menit. Semenjak aku menerapkan aturan ini, hidup terasa lebih ringan untuk dijalani karena tidak perlu semuanya dipikirkan secara mendetail. Balik ke contoh tadi, mau makan ya tinggal makan apa yang ada. Chat belum dibalas juga ya sudah lakukan hal lain, chat orang lain lagi misalnya. Sesederhana itu.


Di sisi lain, overthinking ini salah satu mekanisme manusia untuk tetap bertahan hidup. Bertahan hidup yang ku maksud di sini bukan hanya sekadar bagaimana cara supaya tidak cepat meninggal dunia ya. Akan tetapi, lebih substansial pada masalah-masalah yang memang wajib untuk di-overthinking-in. Tujuannya adalah supaya kita lebih nyaman dan bahagia dalam menjalani kehidupan ini. Bahkan tanpa disadari kita berpikir berlebihan akan sesuatu karena permasalahan itu sangatlah akan berdampak besar nantinya sehingga naluri bertahan hidup kita muncul yaitu dimulai dari berpikir.


Apa saja hal yang wajib dipikir secara mendetail? yaitu hal-hal yang berdampak pada kehidupan kita dalam jangka panjang. Mari kita coba fokuskan pada pendidikan, pekerjaan, dan pasangan. Itu tiga hal yang wajib banget dipikir secara mendalam karena beberapa alasan yaitu:


1. Segi Waktu

Pendidikan, pekerjaan, dan pasangan adalah tiga hal yang akan membersamai kita dalam waktu yang cukup panjang. Jika mengenyam pendidikan hingga jenjang kuliah, maka setidaknya hingga umur 23 tahun kita belajar. Setelah itu kita akan bekerja yang bisa jadi menetap dalam pekerjaan tersebut hingga pensiun di umur 50-60an tahun. Begitu pun pasangan yang katakanlah menikah di umur 30 dan masa harapan hidup manusia adalah 70 tahun, maka kita akan ditemani doi selama 40 tahun. 


Cukup lama kan? Coba bayangkan kalau kita salah dalam memilih untuk tiga hal itu karena berpikir ala kadarnya. Wah, dampaknya bisa kacau. Mungkin kita bisa pindah-pindah sekolah atau kampus dan mengulang lagi dari awal yang artinya memakan waktu lagi. Pekerjaan yang tidak sesuai bisa membuat stress. Pasangan yang salah bisa membuat rumah tangga kurang harmonis, mau menjalani pernikahan yang begitu? tidak kan? 


2. Segi Keuangan

Pendidikan, pekerjaan, dan pasangan adalah tiga hal yang bisa jadi menghabiskan atau menambah pundi-pundi keuangan kita. Sekolah yang favorit biasanya diiringi dengan biaya pendidikan yang tinggi sehingga keuangan perlu diatur per bulannya untuk memenuhi hal tersebut. Bisa juga memilih sekolah yang biaya pendidikannya minimal, tetapi pendidikan yang diberikan pun biasanya minimal pula.  Pekerjaan yang bonafide tak perlu diragukan lagi benefitnya. Namun, ada lho orang yang bekerja duitnya gak seberapa, bebannya tidak terkira. Pasangan juga sama, ada pasangan yang bisa membuat pundi keuangan bertambah dengan membangun bisnis bersama, ada pula yang cukup menikmati nafkah saja (catatan: tidak ada yang salah dengan ini ya!). 


3. Segi Kehidupan

Tentu kita sudah sadari bahwa pendidikan, pekerjaan, dan pasangan sangat berkaitan dan berdampak pada kehidupan kita. Pendidikan akan membentuk karakter dan pemikiran kita. Selain itu, pendidikan juga yang akan mengantarkan ke arah mana jalur karir pekerjaan nanti. Misalnya, kuliah di jurusan Kimia, kemungkinan besar karirnya tidak jauh-jauh dari dunia laboratorium, pabrik, atau pendidikan. Kuliah jurusan kedokteran, kemungkinan besar karirnya tidak jauh-jauh dari rumah sakit dan merawat manusia. Pekerjaan dan pendidikan kita pun nantinya akan mengantarkan kita ke sebuah pertemuan yang indah dengan orang yang kelak menjadi pasangan seumur hidup. 


Dari tiga lingkup alasan itu saja sudah bisa menjustifikasi bahwa overthinking untuk tiga hal tersebut wajar adanya bahkan sangat dianjurkan. Kalau saja berpikir ala kadarnya, wah bisa-bisa kehidupan yang kita jalani menjadi amburadul! 


Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara overthinking yang asyik? 

Berikut ini adalah caraku dalam ber-overthinking ria.


1. Biarkan pikiranmu mengalir untuk satu topik saja.

Pikiran itu ibaratkan aliran air deras yang bergerak dari hulu ke hilir. Apabila kita mencoba untuk memblokade aliran tersebut, mungkin memang akan berhenti. Akan tetapi, lama kelamaan air akan menumpuk dan akhirnya tanggul yang dibuat jebol juga. Semua aliran dari berbagai macam jenis air akan tumpah meluber dalam otak yang membuat kita semakin stress ketika memikirkan semuanya. Jadi, coba biarkan pikiran mengalir dalam parit-parit arah yang kita buat. Sehingga, aliran pikiran itu nanti akan berlabuh sesuai dengan tujuan yang kita inginkan.  


2. Ajak bicara pikiran dan hatimu

Pikiran yang datang sering kali seperti seorang teman yang datang dengan segudang permasalahan. Dia membutuhkan tempat untuk mencurahkan segala isi hatinya. Terkadang cukup untuk didengarkan. Tak jarang membutuhkan respon untuk disampaikan agar menjadi tenang. Ajaklah dirimu sendiri untuk berbincang. Anggap saja dirimu terpisah menjadi dua orang yang saling berinteraksi. Seakan-akan kita bisa melihat the bigger picture terhadap apa yang dialami oleh pikiran. Apabila pikiran sedang berbicara A, coba respon bagaimana jika melakukan yang B? atau justru lebih baik yang C? Dengan diskusi bersama diri biasanya pikiran menemukan solusinya sendiri.


3. Proyeksikan dirimu dalam setiap skenario yang mungkin bisa terjadi

Cara yang juga asyik untuk dicoba di kala overthinking adalah membuatnya menjadi proyeksi adegan dimana seakan-akan kita bermain peran di dalamnya. Kita membuat skenario-skenario yang bisa saja terjadi ketika akan memutuskan sesuatu. Contohnya, apabila kita berkuliah di jurusan A, aku akan belajar menganai X, Y, dan Z di sebuah kota P selama 4 tahun ke depan, worth it gak ya? contoh lain, aku akan bekerja di perusahaan N yang bergerak di bidang O dengan jobdesc P, Q, dan R setiap hari seumur hidup, wah aku sanggup gak ya? Dan segala adegan-adegan lain yang dibuat dalam pikiran untuk membantu kita menentukan keputusan yang harus diambil. Seperti yang kita tahu, apa yang kita bayangkan sering kali akan menjadi kenyataan. Jadi, dari proyeksi inilah kita dapat memperkirakan apa yang akan kita lalui jika memilih sesuatu beserta konsekuensinya. 


4. Uraikan dampak positif dan negatifnya 

Overthinking biasanya timbul karena memikirkan sesuatu yang sulit untuk ditentukan. Cara jitu untuk memutuskannya adalah dengan menguraikan sisi positif dan negatif dari yang kita pikirkan. Sebetulnya cara ini tidak hanya dilakukan saat overthinking sih. Kita wajib menguraikan hal positif dan negatif dari apa yang kita akan lakukan. Terlebih lagi untuk hal-hal yang penting seperti pendidikan, pekerjaan, dan pasangan. Tentunya dampak positif dan negatif ini akan berbeda-beda untuk setiap orang. Maksudnya, yang mengetahui apakah sesuatu ini positif atau negatif untuk kita ya diri sendiri. Jika hasil dari uraian tersebut ternyata banyak positifnya, maka bisa jadi apa yang kita pikirkan itu baik. Namun, jika ternyata banyak negatifnya, ya untuk apa dipikirkan terlalu jauh? Coba cari alternatif yang lain.


5. Tulis dan uraikan setiap langkah yang akan dilalui

Jika pikiran akan sesuatu itu sudah terlalu berlarut-larut alias bikin overthinking kuadrat, yuk coba tuliskan. Coba tulis apa yang menjadi kegelisahanmu. Menulisnya bisa dimana aja kok. Gak perlu ribet harus punya buku khusus macam diary. Ketika di aplikasi catatan di smartphone-mu pun tak apa. Dengan menulis, setidaknya apa yang kita gelisahkan sudah semakin jelas yang artinya 50% dari masalah sudah selesai (iya, kata orang di buku yang aku lupa judulnya, dengan menuliskan permasalahan kita, maka sejatinya 50%-nya sudah terselesaikan). Selanjutnya, coba urai dan tuliskan langkah-langkah yang bisa kita tempuh untuk menyelesaikan permasalahan atau mencapai tujuan tersebut. Tidak perlu terlalu sistematis. Tulis aja apa yang sedang terlintas dalam pikiran mengenai langkah yang bisa dilakukan. Semacam brainstroming gitu deh! Nanti apabila sudah mentok, coba susun langkah-langkahnya secara berurutan dari yang mudah hingga sulit dilakukan, atau dari yang jangka pendek hingga panjang. Lalu, baca ulang tulisanmu, patrikan dalam alam bawah sadar, dan eksekusi. Selamat, kamu sudah tidak overthinking lagi! Yeay!


Sebenarnya ada satu cara lagi yang dapat ditempuh untuk menuntaskan overthinking-mu yaitu dengan bercerita ke orang lain. Tapi tapi tapi, cara ini menurutku gak asyik. Nikmatnya overthinking itu kan dengan menikmatinya sendiri, bukan? 


Jadi, overthinking ini akan menjadi lebih bermanfaat apabila digunakan untuk memikirkan hal-hal yang berdampak banget dalam hidup kita dengan cara-cara yang asyik untuk menuntaskannya. Overthinking itu tidak selalu negatif kok. Tidak perlu risau kalau ada yang ngatain kaum overthinking lah, suka halu lah, apa lah. Ini masalahnya jangka panjang bro! Perlu dipikirkan hingga matang. Kamu gak mau kan salah jurusan kuliah berkali-kali? Kamu gak mau kan punya pekerjaan yang membosankan, gaji kecil, membuat diri tak berkembang? Kamu gak mau kan hidup 30-40 tahun bersama orang yang salah? Ya gak mau lah! 


Oleh karena itu, overthinking adalah mekanisme bertahan hidup yang perlu kita sadari bersama. Silakan ber-overthinking ria untuk hal-hal yang penting ya. Semoga overthinking kita di setiap malam membuahkan hasil yang manis nantinya. Aamiin.


Oh iya, kamu juga boleh banget berbagi cerita yang kamu sedang overthinking-in di kolom komentar ya! Siapa tahu aku bisa ber-overthiking bersama denganmu!