Sembuh dengan Sendirinya dan Lupa melalui Pengalihan
ReminderSembuh dengan sendirinya. Apa memang yang perlu disembuhkan? Luka fisik? Apakah luka fisik bisa sembuh dengan sendirinya? Bukannya perlu diobati ya, dengan obat merah misalnya? Hmm... kali ini bukan lagi membicarakan soal luka fisik sih. Tetapi, kita akan bicara soal luka batin, pikiran negatif, dan segala hal yang terjadi pada kita terutama yang mengganggu.
Ini lagi, lupa melalui pengalihan. Kalau mau lupa, ya sudah tidak perlu dipikirkan. Emang bisa? coba deh kamu praktekkan. Malah jadi makin ingat ga sih? Itulah paradoksnya, makin dilupakan justru makin diingat. Lalu, bagaimana caranya benar-benar lupa ya?
Hai, aku Ayyasy, seorang lelaki yang mudah mengingat momen yang terjadi dalam hidup. Oleh karenanya, aku gampang banget untuk memiliki luka batin dari pengalaman-pengalaman negatif yang aku alami. Bahkan, ada orang yang pernah bilang aku adalah orang yang fragile (dibaca: mudah pecah alias rapuh alias lemah alias jangan dibanting!). Ya, what so ever you called me.
Aku pun sebenarnya tidak mau menjadi seperti itu. Aku ingin menjadi orang yang kuat dan tahan banting. Aku ingin menjadi orang yang easy going. Aku berusaha untuk itu. Aku berusaha keras melupakan dan menyembuhkan. Salah satunya melalui menekan pikiran dan hatiku dengan berkata "lupain udah lupain kejadian tadi, udah lupain!", "yuk bisa yuk sembuh, udah gapapa, hatiku gapapa, ga ada yang berkurang kok.", "It is okay, keep calm". Damn! justru aku semakin mengingat dan luka itu makin menganga.
| Portret Fyodor Dostoyevsky (1821-1881). Heritage Images/Getty Images. |
Itulah paradoksnya pikiran kita. Ketika kita berusaha keras untuk melupakan, justru otak kita akan membuatnya semakin mudah muncul dalam pikiran dan akhirnya makin teringat. Hal ini sejalan dengan apa yang ditulis oleh seorang penulis Rusia bernama Fyodor Dostoyevsky di catatan perjalanannya di Eropa Barat "Winter Notes on Summer Impressions" tahun 1863 yaitu:
Try and set yourself the task not to think of a white bear, and the cursed thing comes to mind every minute.
yang artinya:
Coba deh buat dirimu untuk tidak mengingat beruang kutub, justru hal terkutuk itu muncul di pikiranmu setiap menit.
Ungkapan itu menunjukkan bahwa upaya untuk tidak memikirkan sesuatu justru akan membuat hal tersebut berputar-putar di pikiran kita.
Ungkapan tersebut menginspirasi seorang doktor Universitas Harvard di dunia Psikologi, Daniel Wegner, melalui penelitian beruang kutub untuk mengkaji hal tersebut kepada serangkaian partisipan. Sekelompok partisipan diminta untuk tidak memikirkan apapun soal beruang putih dan melaporkan apa yang ada di pikirannya dalam rentang waktu tertentu. Hasilnya justru partisipan tersebut terpaku pada memikirkan soal beruang putih.
Eksperimen tersebut membuktikan bahwa usaha menekan pikiran tertentu justru menghasilkan efek yang sebaliknya yaitu membuat pikiran itu menjadi semakin kuat. Pak Wegner menyebutnya sebagai ironic process theory.
Hal tersebut juga sejalan dengan pikiran-pikiran negatif dalam diri kita. Semakin kita ingin pikiran-pikiran negatif itu hilang, sebaliknya pikiran itu menjadi tertanam dalam otak secara lebih kuat. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Ketika kita berusaha menekan tuk melupakan suatu pikiran, otak secara tidak sadar tetap melakukan pemantauan agar memastikan bahwa pemikiran tersebut akan benar-benar dilupakan. Dampaknya, otak akan makin mengingat pemikiran tersebut.
Pada emosi negatif seperti ketakutan, kecemburuan, kekhawatiran, dan kesedihan, pun sama mekanismenya. Kita akan semakin merasakan emosi negatif tersebut ketika berusaha untuk meredamnya.
Contohnya, aku dulu sewaktu kecil pernah mengalami kejadian negatif ketika berinteraksi dengan teman. Pengalaman tersebut membuat aku merasa takut ketika akan berinteraksi dengan orang baru. Takut salah tingkah, takut salah kata, takut salah ekspresi, takut menyakiti, dll. Aku sadar ini adalah hal yang negatif. Aku pun berusaha untuk melupakannya dan menekannya agar tidak muncul ketika akan berkomunikasi dengan orang lain. Sejalan dengan ironic process theory, justru aku makin ketakutan dan badan bergetar ketika ngobrol dengan orang lain. Pikiran dan perasaan negatif justru semakin menjadi-jadi.
Sekarang, bagaimana caranya agar dapat benar-benar lupa?
Fennell dan Teasdale melakukan sebuah penelitian mengenai efek dari distraksi terhadap pasien yang mengidap depresi. Sekelompok partisipan yang mengalami depresi diberi tugas untuk menyelesaikan puzzle. Tugas penuh konsentrasi tersebut dilakukan secara konstan oleh mereka dalam waktu tertentu. Ternyata, pikiran depresif yang dialami oleh pasien tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan sekelompok lain yang hanya duduk dan beristirahat.
Penelitian tersebut mengarah pada kesimpulan bahwa pengalihan dapat dilakukan sebagai cara untuk melupakan pikiran negatif yang ada pada diri kita. Otak kita yang teralihkan melalui aktivitas-aktivitas yang memerlukan konsentrasi penuh justru dapat menghilangkan pikiran yang tidak kita inginkan. Hal tersebut dikarenakan kita akan lebih sedikit memiliki ruang untuk pikiran atau emosi negatif itu berada dalam diri. Sehingga, pengalihan menjadi solusi yang efektif untuk hal ini.
Apa pengalihan yang bagus untuk dilakukan?
Tentunya pengalihan dengan aktivitas yang positif dan perlu konsentrasi ya. Hal tersebut bertujuan agar pikiran dan emosi negatif benar-benar tergantikan oleh sesuatu yang baik asal dan dampaknya bagi kita. Aktivitas positif ini bisa bermacam-macam bahkan mungkin akan beda tiap personalnya. Distraksi ini bisa dimulai dari hobi. Misalnya memetik gitar, membaca novel, menonton dokumenter, merawat tanaman, membersihkan dan menghias kamar, atau pun sekadar bermain puzzle dan tetris. Harapannya, jika sudah tergantikan dengan sesuatu yang positif, akhirnya pikiran dan emosi negatif dapat terlupakan.
Maka dari itu, aku yang memiliki segudang luka batin dan mudah sekali punya pikiran negatif, menerapkan teknik pengalihan ini. Aku akan mengalihkan hal tersebut ke hal yang butuh perhatian lebih dan positif tentunya seperti menulis tulisan ini, membaca Quora, bermain tetris, angkat beban, bersih-bersih kamar, utak-atik akuarium, dan banyak lainnya. Aku pun sudah merasakan efek positif dari teknik distraksi ini yang rasanya pikiran dan hati menjadi lebih tenang. Ya harapannya pikiran negatifku dapat lupa melalui pengalihan dan luka batinku dapat sembuh dengan sendirinya. Semoga dirimu juga ya.
